BAB I
PENDAHULUAN
A. Urgensi
Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak sejak usia lahir sampai usia 6 tahun, yang dilakukan secara menyeluruh, mencakup semua aspek perkembangan dengan memberikan stimulasi terhadap perkembangan jasmani dan rohani agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Agar perkembangan anak dapat terstimulasi dengan baik, maka diperlukan seorang guru yang profesional. Guru yang profesional merupakan seorang guru yang mengedepankan mutu dan kualitas layanan, layanan guru harus memenuhi standarisasi kebutuhan masyarakat, bangsa dan memaksimalkan kemampuan peserta didik. Kemajuan suatu bangsa pada masa yang akan datang terletak ditangan anak-anak yang saat ini di bawah pengasuhan orang tua, sekolah dan lingkungan.
Tujuan pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal. Dalam mengoptimalkan pencapaian tujuan tersebut maka pembelajaran pada anak usia dini haruslah sesuai dengan aspek perkembangan. Pemberian ransangan melalui pendidikan untuk anak usia dini perlu diberikan secara komprehensif, dalam makna anak tidak hanya dicerdaskan otaknya, akan tetapi juga cerdas pada aspek-aspek lain dalam kehidupannya.
Pembelajaran anak usia dini menganut pendekatan bermain sambil belajar, belajar melalui bermain. Dunia anak adalah dunia bermain. Atas dasar bermain sambil belajar tersebut, maka pendidikan anak usia dini dilaksanakan melalui kegiatan bermain. Apabila hal ini dapat dipahami dan dilaksanakan oleh orang tua, guru dan lingkungan maka anak akan melakukan belajar sambil bermainnya dengan perasaan riang dan tanpa tekanan atau takut dengan sesamanya.
Berbicara tentang pembelajaran anak usia dini maka tidak lepas dari kurikulum.Kurikulum senantiasa terkait dengan kegiatan pendidikan. Kurikulum merupakan seperangkat konsep yang mengatur tentang berbagai komponen dalam sistem pendidikan yang akan dijalan suatu lembaga pendidikan.Secara konseptual, kurikulum adalah perangkat pendidikan yang merupakan jawaban terhadap kebutuhan dan tantangan masyarakat dan tujuan kurikulum pada dasarnya merupakan tujuan setiap program pendidikan yang diberikan kepada anak didik, karena kurikulum merupakan alat antuk mencapai tujuan, maka kurikulum harus dijabarkan dari tujuan umum pendidikan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidik , adapun pengertian Kurikulum Menurut UU No. 20 Tahun 2003 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Dalam kurikulum memiliki bermacam -macam model pembelajaran, ada beberapa model pembelajaran yakni maturisional model, behavioristic model, dan interactionist model dalam makalah ini akan membahas tentang maturisional model, pengertian maturisional model adalah model kurikulum yang menekankan pada kematangan anak yakni kematangan afektifnya (kematangan perilaku anak),kematangan kognitifnya (kematangan intelek anak) dan kematangan psikomotoriknya (kematangan fisik anak). Dalam model pembelajaran ini akan didukung dengan berbagai strategi pembelajaran untuk mendukung kematangan anak.
B. Tujuan
Tujuan makalah ini adalah membahas konsep dasar dari kurikulum maturisional dan Implikasinya dalam perkembangan kurikulum PAUD.
C. Lingkup Kajian
Makalah ini mengkaji tentang, Konsep utama maturisional, tujuan pengembangan kurikulum maturisional, konten model kurikulum dan proses pembelajaran dalam kurikulum maturisional, serta implikasinya dalam pengembangan kurikulum PAUD.
Bab II
Tinjauan Teoritik
A. Filosofi Maturisional Model
Arnold Gesell adalah tokoh pendidikan dan psikologi yang mencetuskan teori Maturasional model. Gesell tumbuh besar di Alma, Wiscousin, sebuah kota kecil di tepian sungai Mississippi atas. Tahun 1960 muncullah teori Arnold Gesell yang tentang konsep “Kesiapan-readiness” dimana beliau menekankan perlunya dilakukan intervensi dini dan rangsangan intelektual dini kepada anak agar mereka siap belajar dan kemudian muncul pula teori Jerome Burner, seorang psikolog, Harvard University dengan bukunya “The Process of Education” pada tahun 1960, yang menyatakan kompetensi anak untuk belajar tak terhingga. “We begin with the hypothesis that any subject can be taught effectively in some intellectually honest way to any child at any stage of development”. Konsep ini banyak disalah artikan oleh banyak pendidik dan orangtua yang pada akhirnya menjadi bencana. Pendidikan dilaksanakan dengan cara memaksa otak kiri anak sehingga membuat anak cepat matang dan cepat busuk (early ripe early rot).
Model Maturisional atau yang lebih dikenal dengan model proses pematangan merupakan satu model pengembangan kurikulum yang didasarkan pada teori yang dikembangkan oleh Arnold Gessel.Menurut pandangan ini, sejak dilahirkan anak-anak sudah memiliki pola tingkah laku tertentu. Perubahan tingkah laku terjadi dari hasil pematangan psikologis (kesiapan) dan situasi lingkungan yang mengandung tingkah laku tertentu. Model ini menyakini bahwa pengembangan kurikulum harus didasarkan pada pengenalan dan pemahaman potensi bawaan yang dimiliki oleh anak. Kurikulum didesain untuk membantu mematangkan berbagai potensi bawaan anak.
Jean Jacqueas Rousseau menyatakan bahwa anak tidak boleh diperlakukan seperti binatang ataupun manusia dewasa, mereka hanya perlu diperlakukan sebagai seorang anak Sebagai contoh kemampuan dan pengetahuan dasar anak-anak adalah membaca, berjalan, berbicara. Pada perkiraan yang sama dan secara relatif kemampuan dan pengetahuan dasar itu berkembang secara berurutan karena keahlian tersebut timbul sebagai suatu cara yang sudah jadi kodrat sejak lahir. Pandangan teori ini sering disebut sebagai teori kematangan atau maturationist theory.
Gesell (1933) dalam buku Early Childhood Development A Multicultural Perspective yaitu sebuah buku tentang peran lingkungan terhadap anak . Sebagai contoh bagi penganut teori kematangan (maturationis theory), pola asuh dan pendidikan memiliki peran yang lebih rendah dibandingkan genetik. Dalam bentuk yang asli teori ini menyampaikan bahwa anak-anak akan menjadi matang seiring bertambahnya usia mereka. Mereka akan menjadi sebagaimana mereka seharusnya dengan sedikit pengaruh dari dunia luar.
Gesell (2004) dalam buku An Introduction to Theories of Human Development menyakini bahwa pengaruh terpenting bagi pertumbuhan dan perkembangan organism manusia adalah faktor biologi. Menekankan terhadap proses-proses biologi, oleh karena itu gesell memfokuskan sebagian karyanya pada pematangan (maturation), karena memandang maturasi adalah sebagai sebuah proses yang amat sangat penting karena diyakini hal itu berdampak besar pada setiap aspek perkembangan manusia.
Teori kematangan mengibaratkan perkembangan anak-anak dilihat seperti bunga yang mekar atau benih yang tumbuh. Jika diberikan nutrisi kehidupan seperti kasih sayang, keamanan dan makanan yang sehat, anak-anak akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan jalannya kodrat, seperti halnya tumbuhan. Tantangan utama di lingkungan dapat menghambat langkah pertumbuhan, seperti sebuah tanaman yang tidak menerima cukup matahari dan air. Tetapi jika kebutuhan dasarnya dipenuhi, anak akan terus berkembang.
Para pakar teori kematangan mula-mula (Gesell 1933; Hall 1893), menyatakan masalah utama utama perkembangan dan tingkah laku muncul dari sebuah lingkungan yang menahan atau menghambat kematangan, seperti contoh: anak yang di tempatkan dikelas yang kaku atau anak yang dituntut untuk berprestasi dalam tugas yang sulit sebelum mereka siap sesuai usianya maka anak akan menunjukkan permasalahan dalam tingkah laku.
B. Konten Perkembangan
Menurut Gesell ciri perkembangan kematangan ini selalu terjadi dalam urutan tertentu. Pertama kali hal ini bisa dilihat dari perkembangan embrionya dimana, contohnya, jantung selalu menjadi organ pertama yang berkembang dan berfungsi. Sesudah itu, sel-sel yang berbeda mulai membentuk sistem syaraf utama dengan cepat. Urutan ini, yang diarahkan oleh cetak biru genetic, tidak pernah terbalik. Dengan cara yang sama, perkembangan ini terus berlanjut setelah bayi lahir.
Pengamatan Gesell mengungkapkan beberapa prinsip perkembangan lainnya, yaitu:
1. Jalinan timbal balik
Jalinan timbal balik mengacu pada proses perkembangan dimana dua kecendrungan secara bertahap meraih pengorganisasian yang efektif. Jalinan timbale balik mencirikan pertumbuhan kepribadian.
2. Asimetri Fungsional
Melalui proses jalinan timbal balik, kita menyeimbangkan dualitas sifat kita. Maksudnya kita menjadi paling efektif waktu menghadapi dunia dari satu sudut pandang, satu tangan, atau satu mata.
3. Pengaturan diri
Kemampuan organisme untuk mempertahankan seluruh integrasi dan kesetimbangannya. Mekanisme perkembangan instrinsik begitu kuat sampai-sampai organism dapat, pada tataran yang sangat menyolok, mengatur perkembangannya sendiri.
Menurut Arnold Gesell, perkembangan motorik hasil dari kematangan neuromuscular pada bagian otot, otak, dan pertumbuhan tubuh bayi. Teori kematangan berdasarkan ide bahwa perkembangan manusia hasil dari warisan genetik individu. Arnold mengumpamakan kematangan pertumbuhan dan perkembangan anak seperti tumbuhan, ketika sedang tumbuh lingkungan mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman tersebut seperti penyinaran, pemupukan begitulah tumbuhan itu tumbuh terus menerus membawa pengaruh genetik dari tumbuhan itu sendiri, begitupula dengan pertumbuhan anak.
Gesell, mengemukakan lima tahapan perkembangan manusia, yaitu:
1. Pada peringkat pertama yaitu pada usia lahir hingga satu tahun. Ciri-ciri perkembangan tingkah laku yang dihasilkan pada usia 1 bulan ialah bayi dapat menghasilkan tangisan berbeda-beda untuk menyatakan keinginan yang berbeda seperti tangisan lapar berbeda dengan tangisan ketika popoknya basah. Pada usia 4 bulan, koordinasi fisik yang berlaku pada bayi yaitu mata bayi selalu mengikut objek yang bergerak. Pada usia 6bulan bayi sudah dapat menggenggam sesuatu objek misalnya bola, kubus kayu, keringcing dan sebagainya. Pada usia tujuh bulan, bayi sudah mulai duduk dan merangkak dengan sendirinya tanpa bantuan orang lain karena pada masa ini otot leher, tangan, kaki, pinggul bayi sudah semakin kuat dan memungkinkan bayi duduk serta merangkak dengan cepat. Pada usia dua belas bulan, bayi sudah mahir untuk melangkahkan kakinya dengan berpegangan pada kursi atau meja.
2. Pada peringkat kedua yaitu pada usia satu hingga dua tahun, kematangan fisik dan mental mulai meningkat yaitu bayi sudah dapat berjalan walaupun masih dibantu oleh pengasuhnya. Pada tahap ini juga, bayi sudah mulai mengerti dengan istilah” jangan” dan pada usia dua tahun bayi sudah mampu untuk berjalan tanpa bantuan dari pengasuhnya kerana bayi sudah memperoleh keseimbangan badan yang sempurna.
3. Pada peringkat ke tiga yaitu pada usia dua hingga tiga tahun bayi sudah mencapai koordinasi mata, tangan dan kaki yang semakin sempurna misalnya dapat makan dan memakai sepatu sendiri sendiri dan sudah bisa berbicara meskipun belum begitu fasih.
4. Pada peringkat keempat yaitu pada usia tiga hingga empat tahun, koordinasi dan kematangan fisik anak sudah semakin sempurna misalnya sudah bisa mengendarai sepeda beroda tiga dan menuruti arahan dari orang tua disekitarnya.
5. Pada tahap kelima yaitu pada usia empat hingga lima tahun, proses interaksi anak mulai terbentuk karena pada tahap ini anak mulai bersosialisasi dan bergaul dengan teman seusianya kerana pada masa ini anak sudah memasuki usia sekolah. Pada tahap ini juga anak suka bertanya tentang apa yang dilihatdan dialaminya pada orang tua atau pengasuhnya.
Dalam model pengembangan kurikulum Maturation model pengembangan kurikulum lebih ditekankan dengan memperhatikan aspek perkembangan dari tiap tahap perkembangan anak (ranah fisik, afektif, dan kognitif), proses pembelajaran lebih ditekan pada bagaimana mengajarkan individu sesuai dengan tahan perkembangan dan kemampuannya.
1. Ranah Fisik
Perkembangan fisik menjelaskan perubahan penampilan fisik anak-anak dan juga kemampuan motoriknya. Selama masa prasekolah, urutan yang dialami semua anak dalam perkembang fisiknya hampir sama walaupun beberapa anak menguasai kemampuan lebih daripada yang lainnya (Robert, 2011;87).
Perkembangan motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot terkoordinasi. Keterampilan motorik anak terdiri atas keterampilan motorik kasar dan keterampilan motorik halus. Keterampilan motorik anak usia 4-5 tahun lebih banyak berkembang pada motorik kasar, setelah usia 5 tahun baru.terjadi perkembangan motorik halus. Pada usia 4 tahun anak-anak masih suka jenis gerakan sederhana seperti berjingkrak-jingkrak, melompat, dan berlari kesana kemari, hanya demi kegiatan itu sendiri tapi mereka sudah berani mengambil resiko. Walaupun mereka sudah dapat memanjat tangga dengan satu kaki pada setiap tiang anak tangga untuk beberapa lama, mereka baru saja mulai dapat turun dengan cara yang sama.
Pada usia 5 tahun, anak-anak bahkan lebih berani mengambil resiko dibandingkan ketika mereka berusia 4 tahun. Mereka lebih percaya diri melakukan ketangkasan yang mengerikan seperti memanjat suatu obyek, berlari kencang dan suka berlomba dengan teman sebayanya bahkan orangtuanya.
Pembelajaran dalam kurikulum ini diharapkan setiap aktifitas yang dilaksanakan dapat sesuai dan mendukung perkembangan fisik anak.
2. Ranah Kognitif
Kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, menegtahui dan memecahkan masalah. Menurut Bloom (1956) tujuan domain kognitif terdiri atas enam bagian :
a. Pengetahuan (knowledge)
Mengacu kepada kemampuan mengenal materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar. Yang penting adalah kemampuan mengingat keterangan dengan benar.
b. Pemahaman (comprehension)
Mengacu kepada kemampuan memahami makna materi. Aspek ini satu tingkat di atas pengetahuan dan merupakan tingkat berfikir yang rendah.
c. Penerapan (application)
Mengacu kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip. Penerapan merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada pemahaman.
d. Analisis (analysis)
Mengacu kepada kemampun menguraikan materi ke dalam komponen-komponen atau faktor-faktor penyebabnya dan mampu memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. Analisis merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada aspek pemahaman maupun penerapan.
e. Sintesa (evaluation)
Mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. Aspek ini memerluakn tingkah laku yang kreatif. Sintesis merupakan kemampuan tingkat berfikir yang lebih tinggi daripada kemampuan sebelumnya.
f. Evaluasi (evaluation)
Mengacu kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat kemampuan berfikir yang tinggi.
Aspek kognitif lebih didominasi oleh alur-alur teoritis dan abstrak. Pengetahuan akan menjadi standar umum untuk melihat kemampuan kognitif seseorang dalam proses pengajaran.
Dalam PAUD, anak banyak belajar melalui dirinya sendiri, tetapi ia sering memerlukan pertolongan untuk memadukan apa yang dipelajarinya sehingga tercipta konsep yang lebih kompleks. Untuk itu anak perlu ditawari berbagai kegiatan untuk bermain menjelajah lingkungan dan merespon rangsangan dalam lingkungan.
3. Ranah Afektif
Afektif atau intelektual adalah mengenai sikap, minat, emosi, nilai hidup dan operasiasi siswa. Dalam hal ini hasil dari pembelajaran ditekankan pada perkembangan sikap anak terhadpat apa yang sudah dipelajarinya. Anak mampu mengembangkan konsep diri yang positif serta mampu mengembangkan kreatifitas yang ada dalam dirinya.
C. Konten Program Pembelajaran
Proses pembelajarannya mengacu pada UU No. 20 Thn. 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 14 yang menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Didalam pernyataan tersebut sudah sangat maturationistik yang artinya sangat memperhatikan akan kematangan pada setiap pertumbuhan dan perkembangan dan upaya yang dilakukan bersifat pembinaan bukan pengajaran, yang bertujuan untuk membantu kesiapan belajar anak pada pendidikan dasar kelas bukan proses membelajarkan mereka dalam porsi yang seharusnya menjadi hak pendidikan dasar. Oleh karena itu upaya-upaya tersebut hanya berupa rangsangan-rangsangan. Akan tetapi rangsangan tersebut harus sesuai dengan porsi yang dibutuhkan oleh anak.
Menurut Mugurussa berikut ini adalah daftar indikator yang mencakup berbagai faktor kognitif, sosial, akademik, dan perkembangan yang perlu dipertimbangkan ketika memutuskan apakah seorang anak siap untuk masuk sekolah:
a. Sosial / Keterampilan Emosional
1. Memisahkan dari orangtua / pengasuh tanpa marah yang berlebihan
2. Drama / saham dengan anak-anak lain
3. Mendengarkan cerita tanpa mengganggu
4. Membayar perhatian untuk jangka waktu yang singkat untuk tugas dewasa diarahkan
5. Menunggu gilirannya
6. Hadiri untuk tugas dewasa diarahkan untuk setidaknya lima menit
7. Mengakui dan menanggapi perasaan orang lain
8. Mengikuti arah
b. Literasi / fonemik Keterampilan Kesadaran
1. Suka dibacakan / mendengarkan cerita
2. melafalkan alfabet
3. Mengidentifikasi beberapa surat dan tahu beberapa suara yang mereka buat
4. Mengakui nama sendiri di cetak
5. Apakah mampu atau mencoba untuk menulis nama sendiri atau ide-ide lain yang menggunakan simbol atau huruf
6. Dapat menggambar untuk mengekspresikan ide
c. Keterampilan matematika
1. Hitungan dari satu sampai sepuluh
2. Tahu bentuk dasar (lingkaran, persegi panjang, persegi, segitiga)
3. Awal untuk menghitung dengan satu-ke-satu korespondensi
4. Dapat mengurutkan item berdasarkan satu atau lebih atribut
5. Dapat mengidentifikasi warna dasar (hitam, biru, coklat, hijau, oranye, merah, ungu, kuning)
d. Keterampilan Bahasa (Ekspresif dan reseptif)
1. Mengungkapkan kebutuhan dan keinginan secara verbal
2. Berbicara dalam kalimat lengkap (5-6 kata)
3. Apakah umum dipahami oleh orang dewasa
4. Menggunakan kata-kata, bukan tindakan fisik, untuk mengekspresikan emosi
e. Memahami dan mengikuti dua langkah arah
Self-Bantuan Keterampilan
1. Dapat menggunakan kamar mandi secara mandiri dan menyelesaikan tugas-tugas yang menyertainya kebersihan
2. Apakah bisa berpakaian diri (menempatkan pada jaket, mengikatkan tombol, kancing, ritsleting dan)
3. Tahu nama lengkap dan usia
f. Keterampilan motorik halus
1. Menggunakan pensil / krayon di pegangan non-kikir
2. Memotong dengan gunting
g. Salinan tokoh dasar seperti lingkaran, persegi, dan garis lurus
Keterampilan motorik kasar
1. memantul bola
2. berlari dan melompat
3. Melompat dengan kaki bersama-sama
4. melompat sambil menyeimbangkan pada satu kaki
5. Naik tangga dengan kaki bergantian
Maka kesimpulannya adalah kurikulum maturasionis membuat program pembelajaran yang berdasarkan tingkat perkembangan anak bukan melalui usia. Walaupun usia anak sama, namun kemampuan atau tingkat perkembangannya berbeda-beda. Karena perbedaan tingkat kemampuan inilah poses pembelajarannya tidak ada unsur paksaan dan tidak diberikan labeling ke anak.Anak berkembang sendiri secara otomatis dengan catatan pemberian gizi yang baik kepada anak.
D. Konten atau isi dari kurikulum
Konten atau isi dari kurikulum model Maturity sebagai pedoman pelaksanaan adalah sebagai berikut :
1. Aspek Administrasi
Lingkungan ruangan diperhitungkan untuk memberikan mobilitas maksimal bagi perkembangan anak. Pusat-pusat pembelajaran hanya segala sesuatu yang telah dibatasi (ditentukan) memiliki dampak terhadap perkembangan anak. Perlengkapan ruangan diisi dengan bahan-bahan multi dimensi yang melayani berbagai kegiatan ekpresi seperti bahasa, matematika, gerak dan estetika.
2. Aspek Pendidikan
Aktivitas terdiri dari unit dan tema yang luas yang didasarkan pada studi minat anak. Anak-anak bebas memilih aktivitas yang diinginkan. Penyusunan aktivitas didasarkan pada tema yang disusun melalui berbagai permainan. Strategi pemberian motivasi dilakukan melalui motivasi instrinsik verbal misalnya do’a (harapan). Anak-anak dibentuk dalam suatu kelompok yang heterogen. Pada saat tertentu dilakukan secara homogen berdasarkan pada usia/tahap perkembangan. Susunan kegiatan belajar yang fleksibel dirancang untuk memenuhi kebutuhan dan minat anak-anak. Penjajakan pada kemampuan anak dilakukan melalui observasi secara keseluruhan yang mencakup hal-hal yang bersifat fisik, kognitif dan afektif.
3. Evaluasi Program
Program dianggap berhasil jika anak-anak memperoleh kemajuan dalam hal fisik, kognitif dan afektif
E. Classroom Management
Adapun pengaturan kelas untuk kurikulum maturasional adalah sebagai berikut:
1. Harus sesuai dengan tahap pekembangan anak yang bersifat holistik yaitu mencakup keseluruhan aspek perkembangan.
2. Lingkungan yang aman, sehat, dan nyaman
Lingkungan yang aman dan sehat merupakan prinsip penting dalam pengelolaan kelas. Kebersihan alat dan lingkungan harus diprioritaskan karena akan berpengaruh terhadap kesehatan dan kenyamanan anak. Kenyamanan dibangun antara anak dengan pendidik, pendidik dengan pendidik, pendidik dengan orang tua. Menurut Piaget dalam Wijana emosi pada anak usia dini merupakan jendala untuk mereka berfikir.
3. Penataan lingkungan main dan belajar.
Penataan ruang kelas juga penting dalam proses pembelajaran. Wijana mengatakan bahwa lingkungan main atau belajar untuk bayi di bawah satu tahun harus memerlukan tempat yang bersih untuk tengkurap merangkak, mengesot, dan merambat. Untuk usia 18 bulan hingga 2 tahun memerlukan tempat yang lebih luas untuk bebas bergerak. Ini disebabkan karena anak sudah dapat berjalan sehingga anak akan suka bergerak kemana saja. Usia 2-7 tahun ke atas, diberikan kesempatan untuk anak mengerjakan yang ingin mereka lakukan dan akan terlihat anak yang perkembangan cepat dengan meminati suat hal. Misalnya jika anak sudah mulai mengambil alat tulis, kemungkinan anak siap untuk menulis awal seperti mencoret-coret kertas.
Pada usia 2-7 tahun akan terlihat kemampuan-kemampuan anak dan bakat anak yaitu bawaan gen anak dari lahir yang sudah ada dalam diri anak sehingga dapat dikembangkan tanpa adanya pemaksaan untuk anak. Perkembangannya sesuai dengan kemampuannya bukan dari usianya.
F. Assesmen
Tujuan utama untuk melakukan penilaian pada anak diantaranya:
a) Merencanakan pembelajaran untuk individu dan kelompok
b) untuk berkomunikasi dengan keluarga
c) untuk mengidentifikasi anak-anak yang mungkin membutuhkan layanan khusus atau intervensi
d) untuk menginformasikan pengembangan program.
Penilaian yang dilakukan pada anak usia dalam maturationist models dalam implikasinya pada semua model pembelajaran yang banyak digunakan di praktek pendidikan anak usia dini menggunakan penilaian autentik (authentic assessment)yang bercirikan sebagai berikut :
- Data penilaian diperoleh dengan berbagai teknik dan berbagai kesempatan waktu.
- Penilaian dilakukan pada semua aspek perkembangan secara menyeluruh.
- Dilakukan secara langsung pada saat proses anak belajar secara alami.
- Digunakan untuk menilai program yang telah direncanakan.
- Pada dasarnya hasil penilaian diambil untuk hasil pencapaian terbaik dari pengalaman belajar anak.
- Penilaian berguna untuk menentukan program belajar anak selanjutnya.
0 komentar:
Posting Komentar